Selasa, 13 Oktober 2020

Kesultanan Perlak : Kerajaan Islam Pertama Nusantara Yang Terlupakan

 


SUMBER SEJARAH KERAJAAN PERLAK

Adakah dari pembaca budiman yang sudah pernah mendengar kisah tentang kerajaan Perlak ?. Kabar tentang keberadaan Kasultanan Perlak pada mulanya masih simpang siur karena tidak didukung sumber sejarah yang cukup kuat. Namun berdasarkan sebuah seminar para ahli pada akhir September 1980 di Rantau Kuala Simpang, Aceh Timur menyimpulkan bahwa kerajaan Perlak adalah kerajaan pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Perlak yang terletak di Aceh Timur disebut sebagai kerajaan Islam pertama (tertua) di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Hal itu didasarkan pada satu dokumen tertua bernama kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak karangan Abu Ishak Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy. Namun demikian, kitab yang dijadikan sumber satu-satunya tersebut juga menyisakan keraguan. Sebagian sejarawan meragukan keabsahan dari kitab tersebut, apalagi kitab yang diperlihatkan dalam sebuah seminar penetapan bahwa Perlak itu kerajaan Islam pertama di Nusantara tersebut bukan dalam bentuk asli dan sudah tidak utuh lagi, melainkan hanya lembaran lepas.

Kitab itu sendiri masih misteri, karena sampai sekarang belum ditemukan dalam bentuk aslinya sehingga ada yang mengatakan bahwa kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak hanya satu rekayasa sejarah untuk menguatkan pendapat bahwa berdasarkan kitab itu, Perlak adalah benar-benar kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara. Banyak peneliti sejarah yang secara kritis meragukan Perlak sebagai tempat pertama berdirinya kerajaan Islam besar di Aceh.

Hal itu juga diperkuat dengan belum ditemukannya artefak-artefak atau situs-situs tertua peninggalan sejarah sehingga para peneliti lebih cenderung menyimpulkan kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara adalah Kerajaan Islam Samudra Pasai yang terdapat di Aceh Utara. Banyak bukti yang meyakinkan, baik dalam bentuk teks maupun benda-benda arkeologis lainnya, seperti mata uang dirham Pasai dan batu-batu nisan yang bertuliskan tahun wafatnya para Sultan Kerajaan Islam Samudra Pasai. Keraguan para sejarawan tentang Kerajaan Perlak sebagai bekas kerajaan Islam pertama yang hanya mengambil dari sumber kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak perlu ditelaah lebih jauh lagi. Namun demikian, pembahasan tentang Kerajaan Perlak kali ini bukanlah perdebatan tentang status ketertuaan Kerajaan Perlak di Nusantara, melainkan uraian tentang Kerajaan Perlak itu sendiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bersejarah dan sebagai bukti bahwa Islam ketika itu sudah memiliki akar kuat untuk menancapkan pengaruh serta ajaran-ajarannya di Nusantara.


SEJARAH SINGKAT PERLAK

Kerajaan Perlak merupakan kerajaan yang terkenal sebagai penghasil kayu Perlak yang merupakan kayu yang berkualitas bagus untuk bahan baku pembuatan kapal. Tidak mengherankan jika para pedagang dari Gujarat, Arab, dan India tertarik untuk datang ke wilayah Perlak.

Karena banyak disinggahi oleh para pedagang, pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Hal ini tidak terlepas dari letak yang strategis pula di ujung utara pulau Sumatra atau berada di bibir masuk selat Malaka. Kondisi ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para saudagar Muslim dengan penduduk setempat. Dengan demikian, realitas seperti itu mendorong perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya memunculkan Kerajaan Islam Perlak sebagai kerajaan Islam di Nusantara.

Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejarah Kerajaan Perlak tidak terlepas dari kisah seorang Sayid Maulana Ali Al-Muktabar yang datang ke Perlak beserta orang-orang Arab dari Bani Hasyim atau keturunan Rasulullah saw lainnya yang datang ke Aceh dan wilayah Nusantara lainnya. Mereka datang ke Aceh dalam rangka melakukan perdagangan sekaligus menyiarkan agama Islam. Mereka kemudian berbaur dan menikah dengan penduduk setempat.


TOKOH PENYEBARAN ISLAM DI PERLAK

Khalifah Al-Makmun mengirim pasukan ke Mekkah untuk meredakan  pemberontakan kaum Syiah yang di pimpin oleh Muhammad bin Ja’far Al-Shadiq. Kaum pemberontak dapat ditumpas, namun Muhamad bin Ja’far Al- Shadiq dan para penganutnya tidak dibunuh, tetapi disarankan oleh Khalifah Al-Makmun untuk berhijrah dan menyebarkan Islam ke Hindi, Asia Tenggara, dan daerah sekitarnya. Sebagai tindak lanjut, maka berangkatlah satu kapal yang memuat rombongan angkatan dakwah yang kemudian hari dikenal di Aceh dengan sebutan “Nakhoda Khalifah” yang mempunyai misi menyebarkan Islam.

Salah satu anggota dari Nakhoda Khalifah itu adalah Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba’i bin Imam Ja’far Al-Shadiq. Menurut kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak, pada tahun 173 H (800 M), Bandar Perlak disinggahi oleh satu kapal yang membawa kurang lebih 100 orang dai yang terdiri atas orang-orang Arab dari suku Quraisy, Palestina, Persia, dan India di bawah pimpinan Nakhoda Khalifah. Mereka datang untuk berdagang sekaligus sambil berdakwah. Setiap orang mempunyai keterampilan khusus baik di bidang pertanian, kesehatan, pemerintahan, strategi, taktik perang, maupun keahlian-keahlian lainnya.


DAKWAH ISLAM DI PERLAK

Ketika sampai di Perlak, rombongan Nakhoda Khalifah disambut dengan damai oleh penduduk dan penguasa Perlak yang berkuasa saat itu, yakni Meurah Syahir Nuwi. Dengan cara dakwah yang sangat menarik, akhirnya Meurah Syahir Nuwi memeluk agama Islam sehingga menjadi penguasa pertama yang menganut Islam di Perlak. Di sisi lain, sambil berdakwah, mereka juga menularkan keahlian itu kepada penduduk lokal secara perlahan-lahan untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.

Kegiatan-kegiatan ini rupanya menarik penduduk lokal sehingga seiring berjalannya waktu, mereka tertarik masuk Islam secara suka rela. Sebagian dan anggota rombongan itu menikah dengan penduduk lokal, termasuk Sayid Ali Al-Muktabar yang menikah dengan adik Syahir Nuwi yang bernama Putri Tansyir Dewi. Pernikahan Sayid Ali Al-Muktabar ini dianugerahi seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Sayid Maulana Abdul Aziz Syah ini ketika dewasa dinobatkan menjadi sultan pertama Kerajaan Islam Perlak, bertepatan pada tanggal 1 Muharram 225 H.

Dengan berdirinya Kerajaan Islam Perlak, semakin banyak orang Arab yang datang untuk berdagang, baik dari kalangan Syiah maupun Sunni. Mereka tidak hanya berdagang, namun  juga menyebarkan ajaran Islam yang mereka yakini. Kalangan Sunni memengaruhi elite lokal yang juga masih kerabat istana Perlak. Sementara itu, kedua aliran ini (Syiah dan Sunni) terus menyebarkan pengaruhnya hingga sampai pada perebutan kekuasaan dan perlawanan terbuka yang terjadi pada masa sultan Perlak keempat, yakni Sultan Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M). 

Perebutan akhirnya dimenangkan pihak Sunni sekaligus menandai keruntuhan Dinasti Sayid atau Aziziyah dan lahirnya Dinasti Makhdum. Dengan demikian, sultan kelima Perlak sekaligus sultan pertama dari kalangan Sunni adalah Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (918-922 M).

Chairil Anwar: Sastrawan Legendaris Yang Berumur Singkat

 


Siapa yang tak mengenal Chairil Anwar, pujangga yang berkarya sejak nasionalisme bangsa Indonesia bergolak menuju kemerdekaan. Suasana revolusioner penjajahan Jepang hingga agresi militer Belanda I dan II menemani tulisan – tulisan sajaknya yang dikenang sampai hari ini. Puisinya yang mencirikan kebebasan dan pemberontakan akan kemapanan dikemas dengan bahasa – bahasa baru yang lebih merdeka.

Dia tidak terikat dengan bahasa yang baku, namun tetap memiliki kedalaman makna. Meski umurnya tidak panjang akibat penyakit yang dideritanya, 27 tahun mampu membuatnya menjadi seorang pujangga terkenal yang karnyanya abadi.

Komplikasi infeksi paru – paru, tifus, luka usus dan raja singa membuat kehidupan bohemiannya yang liar harus berakhir di usia muda. Namun mati mudanya tidak lantas menghilang justeru mengekalkan imaji dirinya selaku pemberontak terhadap adat – istiadat, nilai, dan kemapanan Pujangga Baru.

Seperti halnya dengan Ludwing van Beethoven dalam bidang musik, Chairil menjadi lambang pemberontakan pembaruan tidak saja di dunia syair, namun juga dalam hal bahasa. Chairil menjadi sosok yang mengkampanyekan lahirnya penyair dan sastrawan yang membuang warisan angkatan Pujangga Baru untuk mengadopsi nilai – nilai baru angkatan ’45.

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Chairil menghadirkan kata “mampus” dan “hambus” yang dipinjamnya dari bahasa daerah; kata – kata kasar, umpatan yang biasa diteriakkan di pasar, dalam sajak – sajaknya yang menggelegar. Namun itulah justeru yang menjadi kehebatan Chairil yang mampu memasukkan kosa kata baru di dalam sajak – sajaknya.

Malang, sajak sajaknya yang indah harus berakhir pada 28 April 1949. Sang “binatang jalang” menyerah pada penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Ia pergi meninggalkan karya yang luar biasa. Salah satu diantara karyanya yang fenomenal ; Aku, deru campur debu, aku Karawang – Bekasi.

Minggu, 11 Oktober 2020

Abu Bakar As Sidiq : Masuk Islam Karena Mimpi, Sekaligus Orang Yang Cerdas Dalam Tafsir Mimpi



ABU BAKAR MASUK ISLAM KARENA MIMPI

Syeikh Muhammad bin Abu Bakar Ushfury menceritakan kisah keislaman Abu Bakar RA dalam Hadis keenam Kitab “Al-Mawa’izh Al-‘Usfuriyah” (nasihat-nasihat ringan).

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Bakar RA, disebutkan bahwa beliau adalah seorang pedagang pada masa jahiliyah. Adapun sebab keIslaman beliau adalah setelah mendapatkan sebuah  mimpi ketika sedang berada di Syam. Dalam mimpinya, Abu Bakar RA  melihat matahari dan bulan dalam pangkuannya. Kemudian beliau mengambil keduanya dengan tangan, didekap di dadanya, dan memakaikan jubahnya kepada keduanya.

Ketika Abu Bakar terjaga, beliau pergi ke rahib Nasrani untuk menanyakan tentang mimpi itu. Beliau menceritakan mimpinya dan meminta tabir darinya. Sang rahib bertanya, “Engkau darimana?”. Beliau RA menjawab: “Dari Makkah”. Dia bertanya “Dari kabilah apa?”, Beliau RA menjawab: “Dari Kabilah Tamim”. Sang Rahib bertanya lagi: “Apa pekerjaanmu?”, Abu Bakar menjawab: “Berdagang”.

Kemudian sang Rahib berkata: “Pada masamu akan keluar seorang lelaki dari Hasyimy (berasal dari bani Hasyim) namanya Mahammad al-Amin, dia dari kabilah Hasyim dan dia akan menjadi Nabi akhir zaman. Jika bukan karena itu, maka tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi serta isi keduanya. Dan tidaklah Allah menciptakan Adam, dan tidaklah Allah menciptakan para Nabi dan para Rasul.

Dia adalah baginda para Nabi dan para Rasul serta penutup para Nabi, dan engkau akan masuk dalam Islamnya. Engkau akan menjadi menterinya dan khalifah setelahnya. Inilah ta’bir mimpimu”.

Rahib itu pun kemudian berkata: “Aku mendapati perangai dan sifatnya di Taurat, Injil dan Zabur, dan sesungguhnya aku telah masuk Islam baginya dan aku menyembunyikan keislamanku karena takut dari orang-orang Nasrani”.

Tatkala Abu Bakar mendengar penjelasan tentang sifat Muhammad SAW seperti itu dari rahib, hati Abu Bakar pun bergetar dan luluh di hadapan Rahib tersebut. Kemudian Abu Bakar kembali ke Makkah dan mencari Nabi Muhammad SAW dan akhirnya bertemu Beliau.

ABU BAKAR MENAFSIRKAN MIMPI

Abu Bakar Al-Shiddiq adalah seorang Quraisy yang paling pandai di antara bangsa Quraisy dan Arab seluruhnya. Dia mempunyai kelebihan dan kemampuan dalam menafsirkan mimpi. Dia pernah menafsirkan suatu mimpi pada masa Nabi SAW.  

 

Muhammad ibn Sirin orang pertama yang mengembangkan ilmu tafsir mimpi mengatakan, “Abu Bakar adalah orang yang paling pandai menafsirkan mimpi di kalangan umat Islam setelah Rasulullah Saw.

 

Suatu ketika seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, semalam saya bermimpi melihat segumpal awan meneteskan minyak samin dan  madu. Kulihat orang-orang menadahkan tangannya ke arah awan tersebut.Ada yang mendapat banyak dan ada juga yang mendapat sedikit.

 

Kemudian saya melihat seutas tali terjulur dari langit ke bumi. Aku melihat engkau memegang tali itu dan naik ke atas. Setelah itu, ada yang turut memegang tali itu dan ikut naik mengikuti engkau. Laki-laki lain juga naik menyusul. Kemudian ada seorang lagi ikut naik, tetapi tali itu terputus. Setelah tali disambung maka dia naik terus ke atas.”

 

Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah saya memohon kepada engkau agar mengizinkan saya untuk menafsirkan mimpi itu.” Rasulullah Saw. menjawab, “Tafsirkanlah!”

 

Abu Bakar berkata, “Awan yang ada dalam mimpi itu adalah Islam. Sedangkan minyak samin dan madu yang menetes dari awan itu adalah Al-Quran yang manis dan lembut. Adapun orang-orang dalam mimpi itu adalah yang mendapat pemahaman dari Al-Quran. Ada yang mendapat pemahaman yang banyak dan ada juga yang mendapat pemahaman yang sedikit.

 

Tali yang terjulur dari langit adalah kebenaran yang engkau bawa dan engkau yakini, wahai Rasulullah, hingga dengannya Allah Swt. meninggikan derajat engkau. Kemudian tali (kebenaran) itu pun diikuti oleh banyak orang, hingga mereka pun mencapai derajat yang tinggi. Kemudian tali (kebenaran) itu diikuti oleh yang lain, tetapi tiba-tiba tali itu terputus. Maka dia pun berusaha untuk menyambungnya lagi, hingga tersambung dan memperoleh derajat yang tinggi.

 

Demi ayahku dan engkau, wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apakah tafsir mimpiku benar?” Rasulullah Saw. menjawab, “Wahai Abu Bakar, sebagian ada yang benar dan sebagian lagi ada yang salah.” Abu Bakar berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, manakah yang benar dan salah?” Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kamu bersumpah (dalam hal tafsir mimpi ini)!”


JANDA ATAU GADIS ????

Dewasa ini sering kita dengar cuitan - cuitan ringan yang diucapkan oleh para kalangan muda milenial “janda lebih menggoda” . Bahkan banyak sekali para perjaka muda yang lebih memilih pasangan hidupnya dengan para janda. Apakah hal yang demikian ini merupakan sebuah kesalahan atau keburukan,? Tentu saja tidak bisa dikatakan demikian. Bahkan Rasul Muhammad SAW sendiri memilih seorang janda, Khadijah binti Khuwailid menjadi wanita pertama yang ia nikahi. Namun bagaimana pandangan rasulullah sendiri mengenai menikahi seorang janda,? 

 Rasululllah SAW sejatinya menganjurkan kepada kita untuk menikahi seorang gadis. Karena seorang gadis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan janda, terutama dalam hal kemesraan dan pemenuhan biologis dan juga keturunan. 
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
عليكم بالأبكار ، فإنهن أعذب أفواها و أنتق أرحاما و أرضى باليسير 
“Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al Albani) 

 Namun hal ini bukanlah menjadi sebuah kewajiban atau tidak ada salahnya juga menikah dengan seorang janda jika melihat maslahat yang lebih besar. Seperti kisah sahabat Jabir bin Abdillah yang menikahi janda karena ia mimiliki 8 orang adik yang masih kecil sehingga membutuhkan isteri yang pandai merawat anak kecil, kemudian Rasulullah pun menyetujuinya (HR. Bukhari-Muslim) 

 Hadist tentang memilih wanita juga disebutkan dalam riwayat Ahmad. "Dari Anas bin Malik radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: Nikahilah wanita yang pengasih dan subur, karena aku berlomba dengan umat lain dengan jumlah kalian." (HR Ahmad) 

 Tatkala Jabir bin Abdillah memberitahu Rasulullah SAW bahwa dirinya akan menikahi seorang janda. Maka Rasulullah SAW sempat mempertanyakannya. "Kenapa kamu tidak menikahi perawan saja sehingga kamu bisa bermain-main dengannya dan dia bisa bermain-main denganmu?" (HR Bukhari dan Muslim) 

Lalu bagaimana dengan pembaca yang budiman? Lebih memilih Gadis kah atau janda??? Jangan hanya ngikutin trend tulisan di bak truk yaa “Janda Lebih Manggoda” HEHEHE

Sultan Baybars Dari Dinasti Mamluk; Penangkis Ancaman Crusader dan Mongol (Part 1)

  Sultan Baybar Nama lengkapnya adalah Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baybars al-Bunduq , adalah pendiri Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke em...