Selasa, 03 November 2020

Penyamaran Ali bin Abi Thalib Ketika Hijrah Ke Madinah

 


Hijrah Umat Islam ke Habasyah dan Thaif

Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mempertahankan Iman dan dakwah Islam sungguh berat. Berbagai cobaan dialami tidak hanya oleh Nabi SAW saja namun juga seluruh umat Islam. Mulai dari hinaan, cemooh, bahkan perlakuan fisik yang mereka derita mengintai sepanjang hari. Penderitaan – penderitaan itu kemudian dirasa sangat berat hingga menyebabkan adanya sejumlah hijrah oleh umat Islam.

Pertama, hijrah ke Habasyah untuk menghindari ancaman dan siksaan dari kafir Quraisy. Upaya hijrah ke Habasyah penulis rasa cukup memberikan kedamaian sementara kepada umat Islam. Meski Raja Najasy memberikan perlindungan kepada umat muslim namun Habasyah bukan merupakan tanah air bangsa Arab, mereka meninggalkan tanah kelahiran yang mahal untuk berangkat menuju negeri Habasyah dan juga karena Habasyah jauh dari dakwah Nabi Muhammad, sementara Nabi tidak ikut hijrah pada fase hijrah ke Habasyah ini.

Kedua, hijrah ke Thaif. Sepeninggal kedua orang yang dicintainya, Rasulullah SAW mencoba untuk berhijrah. Rasulullah SAW berupaya mencari lahan dakwah baru di Thaif. Nabi SAW mencoba meminta bantuan kepada Tsaqif.

Dari perjuangan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam dalam berikhtiar mengurangi ancaman dan siksaan oleh kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk hijrah ke Yatsrib (kelak diganti namanya menjadi Madinah oleh Nabi). Bukan tanpa alasan Nabi Muhammad SAW memilih Yatsrib sebagai tempat untuk menghindari ancaman kafir Quraisy. Namun apakah perintah berhijrah itu adalah inisiatif Nabi sendiri ??? Perintah Allah adalah alasan utama mengapa Nabi memerintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Madinah. Rasulullah tidak akan berhijrah kecuali atas perintah Allah. Bahkan Allah melalui malaikat Jibril juga sudah menentukan waktu Rasulullah berhijrah ke Yatsrib, yaitu pada waktu tengah malam.

Penyamaran Ali Atas Perintah Rasulullah SAW

Namun ada yang menarik dari hijrahnya Nabi ke Yatsrib pada tengah malam. Pada malam itu Nabi Muhammad berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Tidurlah di pembaringanku. Tutuplah tubuhmu dengan selimut hijauku. Tidurlah dengan mengenakannya. Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu hal buruk kepadamu dari mereka”

Sementara itu, kaum Quraisy berselisih dan masih berdebat tentang siapa yang akan menyerang pemilik pembaringan dan menangkapnya hingga subuh tiba. Namun, mereka mendapati yang tertidur adalah Ali bin Abi Thalib Mereka pun gencar menanyainya, tetapi Ali menjawab, “Tidak tahu.” Maka, sadarlah mereka bahwa Nabi Muhammad SAW telah lolos. Mereka pun menimpakan kemarahan kepada Ali dan memukulinya, lalu membawanya ke Masjidil Haram serta mengurungnya selama beberapa saat, kemudian meninggalkannya.

Ali menahan semua penderitaan yang dialaminya untuk membela agama Allah SWT. Namun, ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW. selamat, kegembiraan di dalam hatinya jauh lebih besar daripada semua rasa sakit dan derita yang menerpa tubuhnya. Oleh karena itulah, dia tidak menjadi lemah dan putus asa. Dia justru semakin bersikukuh tutup mulut tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ali kemudian tinggal di Makkah selama beberapa hari. Dia berkeliling menelusuri setiap jalan untuk menemui para pemilik barang yang pernah menitipkan barangnya kepada Rasulullah SAW. Setelah semua amanat ditunaikan, sehingga terbebaslah tanggungan Rasulullah SAW, Ali pun bersiap pergi menyusul Rasulullah SAW ke Yatsrib, setelah tiga malam dia habiskan di Makkah. Dalam perjalanan hijrahnya, Ali menyembunyikan dirinya pada siang hari. Jika hari mulai gelap dan malam menjelang, dia meneruskan perjalanannya hingga tiba di Yatsrib dengan kaki yang lecet dan berlumuran darah. Hati Nabi Muhammad SAW pun sangat terenyuh melihat keadaan Ali

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sultan Baybars Dari Dinasti Mamluk; Penangkis Ancaman Crusader dan Mongol (Part 1)

  Sultan Baybar Nama lengkapnya adalah Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baybars al-Bunduq , adalah pendiri Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke em...