Hijrah Umat Islam ke Habasyah dan Thaif
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mempertahankan Iman dan dakwah Islam
sungguh berat. Berbagai cobaan dialami tidak hanya oleh Nabi SAW saja namun
juga seluruh umat Islam. Mulai dari hinaan, cemooh, bahkan perlakuan fisik yang
mereka derita mengintai sepanjang hari. Penderitaan – penderitaan itu kemudian
dirasa sangat berat hingga menyebabkan adanya sejumlah hijrah oleh umat Islam.
Pertama, hijrah ke Habasyah untuk menghindari ancaman dan siksaan dari kafir
Quraisy. Upaya hijrah ke Habasyah penulis rasa cukup memberikan kedamaian
sementara kepada umat Islam. Meski Raja Najasy memberikan perlindungan kepada
umat muslim namun Habasyah bukan merupakan tanah air bangsa Arab, mereka
meninggalkan tanah kelahiran yang mahal untuk berangkat menuju negeri Habasyah
dan juga karena Habasyah jauh dari dakwah Nabi Muhammad, sementara Nabi tidak
ikut hijrah pada fase hijrah ke Habasyah ini.
Kedua, hijrah ke Thaif. Sepeninggal kedua orang yang dicintainya, Rasulullah SAW mencoba untuk berhijrah. Rasulullah SAW berupaya mencari lahan dakwah baru di Thaif. Nabi SAW mencoba meminta bantuan kepada Tsaqif.
Dari perjuangan Nabi
Muhammad SAW dan umat Islam dalam berikhtiar mengurangi ancaman dan siksaan
oleh kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk hijrah ke
Yatsrib (kelak diganti namanya menjadi Madinah oleh Nabi). Bukan tanpa alasan
Nabi Muhammad SAW memilih Yatsrib sebagai tempat untuk menghindari ancaman
kafir Quraisy. Namun apakah perintah berhijrah itu adalah inisiatif Nabi
sendiri ??? Perintah Allah adalah alasan utama mengapa Nabi memerintahkan umat
Islam untuk berhijrah ke Madinah. Rasulullah tidak akan berhijrah kecuali atas
perintah Allah. Bahkan Allah melalui malaikat Jibril juga sudah menentukan
waktu Rasulullah berhijrah ke Yatsrib, yaitu pada waktu tengah malam.
Penyamaran Ali Atas Perintah Rasulullah SAW
Namun ada yang menarik
dari hijrahnya Nabi ke Yatsrib pada tengah malam. Pada malam itu Nabi Muhammad
berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Tidurlah di pembaringanku. Tutuplah
tubuhmu dengan selimut hijauku. Tidurlah dengan mengenakannya. Sesungguhnya
tidak akan terjadi sesuatu hal buruk kepadamu dari mereka”
Sementara itu, kaum Quraisy berselisih dan masih berdebat tentang siapa
yang akan menyerang pemilik pembaringan dan menangkapnya hingga subuh tiba. Namun,
mereka mendapati yang tertidur adalah Ali bin Abi Thalib Mereka pun gencar
menanyainya, tetapi Ali menjawab, “Tidak tahu.” Maka, sadarlah
mereka bahwa Nabi Muhammad SAW telah lolos. Mereka pun menimpakan kemarahan
kepada Ali dan memukulinya, lalu membawanya ke Masjidil Haram serta mengurungnya
selama beberapa saat, kemudian meninggalkannya.
Ali menahan semua
penderitaan yang dialaminya untuk membela agama Allah SWT. Namun, ketika
mengetahui bahwa Rasulullah SAW. selamat, kegembiraan di dalam hatinya jauh lebih
besar daripada semua rasa sakit dan derita yang menerpa tubuhnya. Oleh karena
itulah, dia tidak menjadi lemah dan putus asa. Dia justru semakin bersikukuh
tutup mulut tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ali kemudian tinggal di Makkah
selama beberapa hari. Dia berkeliling menelusuri setiap jalan untuk menemui
para pemilik barang yang pernah menitipkan barangnya kepada Rasulullah SAW.
Setelah semua amanat ditunaikan, sehingga terbebaslah tanggungan Rasulullah SAW,
Ali pun bersiap pergi menyusul Rasulullah SAW ke Yatsrib, setelah tiga malam
dia habiskan di Makkah. Dalam perjalanan hijrahnya, Ali menyembunyikan dirinya
pada siang hari. Jika hari mulai gelap dan malam menjelang, dia meneruskan
perjalanannya hingga tiba di Yatsrib dengan kaki yang lecet dan berlumuran
darah. Hati Nabi Muhammad SAW pun sangat terenyuh melihat keadaan Ali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar