Kabar dari menteri pendidikan bahwa mulai Januari sudah membolehkan siswa untuk pembelajaran tatap muka di sekolah. Kami para tenaga pendidik menyambutnya dengan suka cita, karena kami akui bahwa pembelajaran melalui daring itu sangat tidak efektif, bahkan materi pelajaran ketercapaiannya menjadi tidak memenuhi target.
Selain itu, guru juga ada yang belum pernah melihat siswanya secara langsung dan ini menjadi masalah bagi guru untuk menilai siswa di ranah akhlak dan karakter, padahal di kurikulum terbaru para guru justeru dituntut untuk selalu menyertakan pendidikan karakter di setiap materi.
Kabar menggembirakan ini bisa menjadi angin segar sekaligus masalah baru. Karena yang menjadi persoalan saat ini adalah, seberapa siapkah sekolah untuk menyambut siswa dengan resiko minimum penularan Covid-19,?
Di negara maju, sebutlah cina, mereka berani mengambil keputusan untuk siswa mulai bisa masuk sekolah karena secara mitigasi sudah siap, mulai dari pembiasaan siswa hingga ketersediaan fasilitas. Sementara di Indonesia, apakah sudah siap mengikuti mereka,? Bagaimana jika justeru akan menimbulkan cluster baru,? Sementara sampai saat ini masker yang memenuhi standar kesehatan saja masih mahal.
Kebijakan yang baik ini, sebaiknya juga segera ditindaklanjuti oleh para sekolah secara mandiri untuk memulai skenario mitigasi di sekolahnya masing-masing. Kalau kantor, PT, masjid, dan pasar saja sekarang bisa diterapkan dengan protokol pencegahan covid, sekolah juga harus bisa. Kita tidak bisa berdiam diri menunggu kapan covid akan benar² selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar