SUMBER SEJARAH KERAJAAN PERLAK
Adakah dari pembaca budiman yang sudah pernah
mendengar kisah tentang kerajaan Perlak ?. Kabar tentang keberadaan Kasultanan
Perlak pada mulanya masih simpang siur karena tidak didukung sumber sejarah
yang cukup kuat. Namun berdasarkan sebuah seminar para ahli pada akhir September 1980 di Rantau Kuala Simpang,
Aceh Timur menyimpulkan bahwa kerajaan Perlak adalah kerajaan pertama
di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Perlak
yang terletak di Aceh Timur disebut sebagai kerajaan Islam
pertama (tertua) di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara. Hal
itu didasarkan pada satu dokumen tertua bernama kitab Idharul
Haq Fi Mamlakatil Peureulak karangan Abu Ishak
Al-Makarani Sulaiman Al-Pasy. Namun demikian, kitab yang
dijadikan sumber satu-satunya tersebut juga menyisakan keraguan.
Sebagian sejarawan meragukan keabsahan dari kitab tersebut,
apalagi kitab yang diperlihatkan dalam sebuah seminar penetapan
bahwa Perlak itu kerajaan Islam pertama di Nusantara tersebut
bukan dalam bentuk asli dan sudah tidak utuh lagi, melainkan
hanya lembaran lepas.
Kitab itu sendiri masih misteri, karena sampai
sekarang belum ditemukan dalam bentuk aslinya sehingga ada yang mengatakan
bahwa kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak hanya satu
rekayasa sejarah untuk menguatkan pendapat bahwa berdasarkan kitab itu, Perlak
adalah benar-benar kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara. Banyak peneliti sejarah yang secara kritis
meragukan Perlak sebagai tempat pertama berdirinya kerajaan
Islam besar di Aceh.
Hal itu juga diperkuat dengan belum ditemukannya artefak-artefak atau situs-situs tertua peninggalan sejarah sehingga para peneliti lebih cenderung menyimpulkan kerajaan Islam pertama di Aceh dan Nusantara adalah Kerajaan Islam Samudra Pasai yang terdapat di Aceh Utara. Banyak bukti yang meyakinkan, baik dalam bentuk teks maupun benda-benda arkeologis lainnya, seperti mata uang dirham Pasai dan batu-batu nisan yang bertuliskan tahun wafatnya para Sultan Kerajaan Islam Samudra Pasai. Keraguan para sejarawan tentang Kerajaan Perlak sebagai bekas kerajaan Islam pertama yang hanya mengambil dari sumber kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak perlu ditelaah lebih jauh lagi. Namun demikian, pembahasan tentang Kerajaan Perlak kali ini bukanlah perdebatan tentang status ketertuaan Kerajaan Perlak di Nusantara, melainkan uraian tentang Kerajaan Perlak itu sendiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bersejarah dan sebagai bukti bahwa Islam ketika itu sudah memiliki akar kuat untuk menancapkan pengaruh serta ajaran-ajarannya di Nusantara.
SEJARAH SINGKAT PERLAK
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan yang terkenal sebagai penghasil kayu Perlak yang merupakan kayu yang berkualitas bagus untuk bahan baku pembuatan kapal. Tidak mengherankan jika para pedagang dari Gujarat, Arab, dan India tertarik untuk datang ke wilayah Perlak.
Karena banyak disinggahi oleh para pedagang, pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Hal ini tidak terlepas dari letak yang strategis pula di ujung utara pulau Sumatra atau berada di bibir masuk selat Malaka. Kondisi ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para saudagar Muslim dengan penduduk setempat. Dengan demikian, realitas seperti itu mendorong perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya memunculkan Kerajaan Islam Perlak sebagai kerajaan Islam di Nusantara.
Perlak
adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang.
Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292
karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejarah
Kerajaan Perlak tidak terlepas dari kisah seorang Sayid Maulana
Ali Al-Muktabar yang datang ke Perlak beserta orang-orang
Arab dari Bani Hasyim atau keturunan Rasulullah saw lainnya
yang datang ke Aceh dan wilayah Nusantara lainnya. Mereka
datang ke Aceh dalam rangka melakukan perdagangan sekaligus
menyiarkan agama Islam. Mereka kemudian berbaur dan menikah
dengan penduduk setempat.
TOKOH PENYEBARAN ISLAM DI PERLAK
Khalifah Al-Makmun mengirim pasukan ke Mekkah
untuk meredakan pemberontakan kaum Syiah
yang di pimpin oleh Muhammad bin Ja’far Al-Shadiq. Kaum pemberontak dapat
ditumpas, namun Muhamad bin Ja’far Al- Shadiq dan para penganutnya tidak
dibunuh, tetapi disarankan oleh Khalifah Al-Makmun untuk berhijrah dan
menyebarkan Islam ke Hindi, Asia Tenggara, dan daerah sekitarnya. Sebagai tindak
lanjut, maka berangkatlah satu kapal yang memuat rombongan angkatan dakwah yang
kemudian hari dikenal di Aceh dengan sebutan “Nakhoda Khalifah” yang mempunyai misi
menyebarkan Islam.
Salah satu anggota dari Nakhoda Khalifah itu adalah Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba’i bin Imam Ja’far Al-Shadiq. Menurut kitab Idharul Haq Fi Mamlakatil Peureulak, pada tahun 173 H (800 M), Bandar Perlak disinggahi oleh satu kapal yang membawa kurang lebih 100 orang dai yang terdiri atas orang-orang Arab dari suku Quraisy, Palestina, Persia, dan India di bawah pimpinan Nakhoda Khalifah. Mereka datang untuk berdagang sekaligus sambil berdakwah. Setiap orang mempunyai keterampilan khusus baik di bidang pertanian, kesehatan, pemerintahan, strategi, taktik perang, maupun keahlian-keahlian lainnya.
DAKWAH ISLAM DI PERLAK
Ketika sampai di Perlak, rombongan Nakhoda
Khalifah disambut dengan damai oleh penduduk dan penguasa Perlak yang berkuasa
saat itu, yakni Meurah Syahir Nuwi. Dengan
cara dakwah
yang sangat menarik, akhirnya Meurah Syahir Nuwi memeluk agama
Islam sehingga menjadi penguasa pertama yang menganut Islam
di Perlak. Di sisi lain, sambil berdakwah, mereka juga menularkan
keahlian itu kepada penduduk lokal secara perlahan-lahan
untuk diterapkan dalam kehidupan mereka.
Kegiatan-kegiatan
ini rupanya menarik penduduk lokal sehingga
seiring berjalannya waktu, mereka tertarik masuk Islam secara
suka rela. Sebagian dan anggota rombongan itu menikah dengan
penduduk lokal, termasuk Sayid Ali Al-Muktabar yang menikah
dengan adik Syahir Nuwi yang bernama Putri Tansyir Dewi.
Pernikahan Sayid Ali Al-Muktabar ini dianugerahi seorang putra
bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Sayid Maulana Abdul
Aziz Syah ini ketika dewasa dinobatkan menjadi sultan pertama
Kerajaan Islam Perlak, bertepatan pada tanggal 1 Muharram 225 H.
Dengan berdirinya Kerajaan Islam Perlak, semakin banyak orang Arab yang datang untuk berdagang, baik dari kalangan Syiah maupun Sunni. Mereka tidak hanya berdagang, namun juga menyebarkan ajaran Islam yang mereka yakini. Kalangan Sunni memengaruhi elite lokal yang juga masih kerabat istana Perlak. Sementara itu, kedua aliran ini (Syiah dan Sunni) terus menyebarkan pengaruhnya hingga sampai pada perebutan kekuasaan dan perlawanan terbuka yang terjadi pada masa sultan Perlak keempat, yakni Sultan Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M).
Perebutan akhirnya dimenangkan pihak Sunni sekaligus
menandai keruntuhan Dinasti Sayid atau Aziziyah dan lahirnya
Dinasti Makhdum. Dengan demikian, sultan kelima Perlak
sekaligus sultan pertama dari kalangan Sunni adalah Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat
(918-922 M).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar