Sabtu, 21 November 2020

Sudah Siapkah Sekolah Menyambut Siswa di Puncak Masa Pandemi,???

 


Kabar dari  menteri pendidikan bahwa mulai Januari sudah membolehkan siswa untuk pembelajaran tatap muka di sekolah. Kami para tenaga pendidik menyambutnya dengan suka cita, karena kami akui bahwa pembelajaran melalui daring itu sangat tidak efektif, bahkan materi pelajaran ketercapaiannya menjadi tidak memenuhi target. 


Selain itu, guru juga ada yang belum pernah melihat siswanya secara langsung dan ini menjadi masalah bagi guru untuk menilai siswa di ranah akhlak dan karakter, padahal di kurikulum terbaru para guru justeru dituntut untuk selalu menyertakan pendidikan karakter di setiap materi. 


Kabar menggembirakan ini bisa menjadi angin segar sekaligus masalah baru. Karena yang menjadi persoalan saat ini adalah, seberapa siapkah sekolah untuk menyambut siswa dengan resiko minimum penularan Covid-19,?


 Di negara maju, sebutlah cina, mereka berani mengambil keputusan untuk siswa mulai bisa masuk sekolah karena secara mitigasi sudah siap, mulai dari pembiasaan siswa hingga ketersediaan fasilitas. Sementara di Indonesia, apakah sudah siap mengikuti mereka,? Bagaimana jika justeru akan menimbulkan cluster baru,? Sementara sampai saat ini masker yang memenuhi standar kesehatan saja masih mahal. 


Kebijakan yang baik ini, sebaiknya juga segera ditindaklanjuti oleh para sekolah secara mandiri untuk memulai skenario mitigasi di sekolahnya masing-masing. Kalau kantor, PT, masjid, dan pasar saja sekarang bisa diterapkan dengan protokol pencegahan covid, sekolah juga harus bisa. Kita tidak bisa berdiam diri menunggu kapan covid akan benar² selesai. 


Jumat, 20 November 2020

Irhas Muhammad bin Abdullah Sejak Belia

 


Abu Thalib , paman Nabi melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib lebih mendahulukan kepentingan beliau daripada anak – anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan penghormatan. Hingga berumur lebih dari empat puluh tahun Nabi Muhammad SAW mendapatkan kehormatan di sisi Abu Thalib, hidup di bawah penjagaan Abu Thalib, rela menjalin persahaatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela anak saudaranya.  

Ibnu Asakir mentakhrij dari Julhumah bin Arfatah dia berkata “Tatkala aku tiba di Makkah, orang – orang sedang dilanda musim paceklik. Orang – orang Quraisy berkata, “Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita berdoa meminta hujan.” 

maka Abu Thalib keluar bersama seorang anak kecil, yang seolah – olah wajahnya adalah matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan pelan – pelan. Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia memegang anak kecil itu dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah sambil jari jemarinya memegangi anak kecil itu. Langit tadinya bersih dari mendung, tiba – tiba saja mendung itu datang dari segala penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras hingga lembah – lembah tarairi dan ladang – ladang menjadi subur. Abu Thalib mengisyaratkan hal ini dalam syair yang dibacakannya, 

putih berseri meminta hujan dengan wajahnya

penolong anak yatim dan pelindung wanita janda

Kamis, 12 November 2020

Kisah Tragis Meninggalnya Pangeran Ngabehi Joyokusumo Putra Hamengku Buwono II

 


Kisah ini diambil dari sebuah karya fiksi fenomenal Sang Pangeran dan Jenissary Terakhir tulisan Salim A. Fillah. Meski sebuah karya fiksi, tulisan Salim A. Fillah ini mengandung fakta, data dan informasi yang dikemas dengan bahasa yang mendramatisasi suasana, layaknya sebuah novel ataupun sebuah karya fiksa pada umumnya. Namun meski sebuah karya fiksi, fakta dan sumber sejarah yang diambil oleh penulis diakui sangatlah cukup hebat. Membacanya akan menambah khasanah bahasa, karena Salim A. Fillah menggunakan beberapa istilah dalam bahasa asing seperti Belanda, Arab, Mesir, Perancis, maupun bahasa daerah seperti bahasa Jawa dan Sunda.

Bab empat dari buku ini mengkisahkan tentang tragedi syahidnya antara bapak dan kedua putranya. Mereka adalah Pangeran Ngabehi Joyokusumo, Raden Mas Adi Kusumo dan adiknya Raden Mas Joyokusumo. Pangeran Ngabehi yang tidak lain adalah putra Sultan Hamengku Buwono II dari garwo selir, diketahui sebelum syaihid mereka bertiga ini adalah penasehat ketentaraan yang amat cemerlang sekaligus penanggung jawab penyedia amunisi pasukan mujahidin Pangeran Diponegoro. Ia memilih untuk ikut bergerilnya, bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro hingga pada akhirnya ia menjadi salah satu sasaran utama tentara Belanda.

Salim A. Fillah menggambarkan tentang tragisnya akhir hayat mereka bertiga. Dikemas dengan bahasa yang dramatis, seolah imaji masuk pada suasana sesungguhnya dengan ilustrasi kondisi Jawa tempo dulu. Dimulai dari kisah ditemukannya jasad Pangeran Ngabehi dan dua putranya di sebuah jurang kecil yang menjadi tepian tanah lapang dari sebuah pertempuran sengit antara pasukan Pangeran Ngabehi dengan pasukan Belanda. Peristiwa itu terjadi pada 21 September 1829 di Pegunungan Kelir, tatkala 20 an pasukan pengawal Raden Ngabehi berhasil ditangkap oleh pasukan gabungan Hulptroepen Belanda kemudian senjata mereka dilucuti. Ketika ada satu dua orang dari pengawal yang mecoba untuk melawan, peluru pasukan Belanda langsung menyasar di kepalanya.

Awal tragis kematian putra Raja Mataram itu dimulai ketika seorang komandan Hulptroepen bernama Kapitan Joost meminta kepada Pangeran Ngabehi beserta dengan kedua putranya untuk berlutut dan menyerahkan senjata – senjata mereka. 

Namun Pangeran Ngabehi justeru berkata “Kami ini adalah para Kanjeng Gusti” . Joost pun kemudian menembak ke arah pohon dengan berteriak “Tidak ada kanjeng Gusti di kalangan pemberontak! Kalian tidak punya hak!” seru Kapitan Joost. Tidak sampai di situ, Raden Mas Joyokusumo pun menimpali Kapitan Joost “Kalianlah para kafir murtad penjilat yang tidak punya hak untuk membatalkan apa yang sejak lahir telah melekat”

Ternyata ucapan putra Raden Ngabehi itu membuat Kapitan Joost murka. Raden Mas Joyokusumo pun dibantingnya hingga terjatuh. Belum puas, Kapitan Joost menendang wajah putra Raden Ngabehi itu hingga mata Joyokusumo serasa pecah, bibirnya seperti terbelah dan hidungnya remuk berdarah.

Tak kuasa melihat adiknya menjadi sasaran amuk oleh Kapitan Joost, Raden  Mas Adikusumo mencoba untuk mencabut kerisnya dan menyerang ke arah Joost. Tapi malang nasib Raden Mas Adikusumo,  peluru tajam milik Joost lebih dahulu bersarang di lehernya hingga membuatnya meregang nyawa. Melihat kedua putranya hendak menemui syahid, Pangeran Ngabehi berteriak “Ya Allah .... Ya Allah... Gusti Allah”

Teriakan Pangeran Ngabehi disambut dengan sepakan Joost hingga mengenai tubuhnya dan membuatnya dari berlutut menjadi posisi bersujud, namun wajah Pangeran Ngabehi masih tetap mendangak. Lebih memilukan lagi tatkala Salim A. Fillah menceritakan tatkala Joyokusumo berusaha bangun menuju kakaknya yang sudah tak berdaya ditembus peluru, segerombolan serdadu Belanda bergegas untuk saling berebut menghampiri Joyokusumo dengan bayonet karatnya hingga melukai sedikitnya tujuh luka tusuk mengenai dada, perut dan pinggang Joyokusumo. Kekuatan Joyokusumo ternyata masih cukup untuk membuatnya berdiri hingga darah dari luka sayatan bayonet tentara Belanda mengalir cukup deras. 

Dalam berdirinya ia lalu terbatuk menyemburkan cairan darah kental merah sambil terbata mengucapkan “Laa.. ilaa.. ha illallaah... Muham.. madur... Rasuu.. lullah...”  sambil menuju ke jasad sang kakak, Raden Adikusumo.

Pangeran Ngabehi yang dengan jelas melihat kedua putranya menjadi bulan bulanan tentara musuh, hingga akhirnya giliran ia sendiri  menjadi sasaran kapten Prager “Dhuarrr.....” sebuah pistol ditembakkan tepat di belakang pungguh Pangeran Ngabehi dan langsung menembus jantungnya. Kanjeng Pangeran Ngabehi yang merupakan Putra Sultan Hamengku Buwana II pun mengakhiri hidupnya dengan menelungkup sujud.

Dalam sebuah kisah sejarah diceritakan bahwa ketiganya dipenggal oleh tentara Hulptroepen. Berita tentang mustaka ketiganya ada yang bilang dibawa oleh pasukan Belanda dengan dipancang di atas bambu runcing dibawa ke Markas Magelang kemudian diserahkan ke Kraton. Oleh Kraton kemudian dikuburkan di Banyusumurup. Namun ada yang mengatakan bahwa mustaka mereka bertiga dikubur oleh penduduk desa yang menemukannya.

 

 

Senin, 09 November 2020

Manfaat Kurma dan Kisahnya dalam Al Quran

 
kurma muda

Kurma dalam Al Quran dan Sunnah

buah-kurmaBuah kurma adalah makanan yang sangat baik dan diandalkan sejak Zaman para Nabi, di dalam Al-Qur’an, kurma disebut sebanyak 24 kali, antara lain dalam surat Maryam ayat 25-26 yaitu ketika Maryam akan melahirkan putranya Nabiyullah ‘Isa ‘Alaihi Salam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk menggoyangkan pohon kurma yang menjadi sandaranya kemudian beliau di perintahkan untuk memakan buah kurma yang jatuh di dekatnya, maka sejak saat itu buah kurma menjadi makanan yang terbaik dan obat yang sangat mujarab bagi ibu hamil dan pasca melahirkan dari zaman ke zaman sampai hari akhir.

Ibnu Umar meriwayatkan hadits dari Rosulullah SAW : “Ada jenis pohon yang berkahnya seperti berkah seorang muslim, yaitu pohon kurma :

DR Jabar An-Nuaimi dan DR. Al-A’mir Abbas Ja’far “Kurma mengandung sejenis unsur pengikat rahim yang dapat membantu mencegah pendarahan seusai melahirkan”.

Al-Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimallah. “Kurma berkhasiat memperkuat leher, memperlancar buang air, menambah libido sex, dan mengobati tenggorokan kering”.

Syeikh Robi’ Al-Qutsaim. “Para wanita yang bersalin tidak memiliki sesuatu yang lebih baik bagi mereka selain kurma masak”.

Amru bin Maimun. “Bila seorang wanita kesulitan melahirkan, tidak ada yang lebih baik dari pada kurma masak, baik yang basah maupun yang kering”.

PERANAN KURMA DALAM WANITA HAMIL, MELAHIRKAN, NIFAS DAN MENYUSUI

Dalam kurma terdapat hormon yang mirip dengan hormon oksitosin (hormon yang yang dihasilkan neurohipofisa, bekerja untuk merangsang kontrakasi otot polos dinding rahim selama coitus dan melahirkan) yang membantu proses kelahiran. Caranya hormone oksitosin tersebut menyatu dengan reseptornya memulai kontraksi otot yang teratur, secara bertahap, sehingga menyebabkan perluasan leher rahim, dari situ akan terjadi proses kelahiran.

Setelah persalinan, hormon oksitosin juga bermanfaat untuk mengeringkan rahim dan meningkatkan kontraksi otot-ototnya yang terajut satu sama lain seperti jaring. Serat otot-otot yang terjaring tersebut berkontraksi sedemikiian rupa sehingga menyempitkan celah-celah rajutan tersebut yang diantara matanya terdapat kantong darah lembut dan mengalirkan darah, hal tersebut menyebabkan terhentinya pendarahan secara bertahap. Serat-serat pembuluh darah vena yang berada di sekitar saluran susu di payudara juga mengalami kontraksi, sehingga menjadikan derasnya air susu ketika saluran-saluran ini beserta air susu yang di kandungnya mengalami kontraksi. Dari situ terjadilah proses penyusuan anak yang sempurna.

Mengapa dianjurkan berbuka dengan kurma?

Rasulullah SAW biasa berbuka puasa dengan beberapa butir kurma sebelum shalat (HR. Anas). Ketika orang berbuka berpuasa, sistem pencernaan mulai bekerja, perut ingin diperlakukan dengan halus dan lembut. Dalam kondisi seperti itu diperlukan sumber gula tunggal dan ganda (glukosa dan sukrosa), yaitu gula yang diserap oleh tubuh dengan mudah hanya dalam beberapa menit saja. Mengapa bayi ditahnik (diloloh) dengan kurma ?

– Abu Musa Ra berkata : “Seorang bayi lahir. Akupun membawanya kepada Nabi SAW. Beliau menamainya Ibrahim dan melolohnya dengan sebutir kurma, memohon berkah baginya, lalu menyerahkanya padaku”.

Pada buah kurma terdapat unsur-unsur vital yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan menguatkan daya tahan tubuh yang telah diberikan Allah. Buah kurma biidznillah berperan sebagai vaksin yang akan melindungi sepanjang hidupnya.

– Air liur kedua orang tua akan mengikat hati bayi dengan cinta mereka dan mengalirkan baginya fitroh islam yang suci, sehingga bayi Insya Allah akan tumbuh dengan baik dan bersih. Bayi akan selalu merasakan manisnya Iman sebagaimana manisnya kurmayang bercampur dengan air liur orang tuanya.

Jumat, 06 November 2020

Kemukjizatan Lebah dan Madu dalam Al Qur'an

 

ilustrasi madu dan lebah

Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti tak ada yang sia-sia. Diantara ciptaan Sang Khalik yang istimewa adalah lebah. Serangga yang satu ini menempati posisi penting dibanding serangga lainnya. Tak heran jika lebah dijadikan salah satu nama surat dalam Al Qur'an.

Surat ke-16 dalam Al Qur'an adalah An Nahl yang berarti lebah. Secara khusus, surat Makkiyah tersebut dinamakan An Nahl atau lebah, karena pada ayat ke-68 terdafat firman Allah SWT yang berbunyi, "Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon pohon kayu, dan di tempat tempat yang dibikin manusia."

Lebah memang spesial. la merupakan makhluk Allah SWT yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Dalam penjelasan surat An Nahl yang tercantum dalam Al qur'an dan Terjemahannya disebutkan bahwa ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Alquranul Karim.

Apa persamaannya? Simak ayat berikut: "... Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang orang yang memikirkan." (QS An Nahl:69).

Madu berasal dari sari bunga dan menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedangkan Al Qur'an mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kemukjizatan madu sebagaimana disampaikan Al Qur'an telah terbukti secara ilmiah. Dalam Tafsir Alquran, Sayyid Quthb mengungkapkan, madu sebagai obat penyembuh penyakit sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para pakar kedokteran. Inilah salah satu bukti kebenaran ayat Al Qur'an yang harus diyakni umat manusia.

Sedangkan dalam Tafsir Al Qur'an Ibnu Katsir diterangkan bahwa madu lebah itu warnanya bermacam-macam sesuai dengan makanannya. Ada yang berwarna putih, kuning, maupun merah. Selain itu, menurut Ibnu Katsir, madu cocok bagi setiap orang, misalnya untuk mengobati dingin, karena madu itu panas.

Di dunia Islam, penggunaan madu sebagi obat sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, madu digunakan untuk mengobati penyakit diare. Lem lebah yang berasal dari madu juga sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Kajian khasiat madu secara ilmiah juga telah diteliti oleh ilmuwan Muslim terkemuka di era keemasan Islam, yakni Ibnu Sina (890-1037). Bapak kedokteran dunia dan pemikir Muslim agung di abad ke-10 M itu tercatata sebagai dokter yang mengulas mengenai khasiat madu dari segi kesehatan dan dunia kedokteran. 

Selama hidupnya Ibnu Sina banyak mengkonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang. Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.

Ibnu Sina juga telah meneliti khasiat madu untuk perawatan kecantikan tubuh. Menurut Ibnu Sina, madu dan minyak zaitun mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki beragam khasiat.

Lebah sedang membawa nektar

Madu dan minyak zaitun, papar Ibnu Sina, bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Al Qu'ran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit. Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi reutan pada wajah.

Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa minyak zaitun dan madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk bearagam kegunaan lainnya. Mulai dari makanan, obat obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.

Sejatinya, manfaat madu telah dirasakan peradaban manusia sejak dahulu kala. Orang Mesir Kuno telah mengonsumsinya. Penduduk Mesir Kuno sudah terbiasa memanfaatkan madu sebagai makanan bergizi tinggi serta obat berbagai macam penyakit yang mujarab. Meski begitu, peradaban kuno belum mampu menjelaskannya secara ilmiah.

Adalah Ibnu Sina seorang dokter legendaris sepanjang masa yang telah berhasil membuktikan kebenaran khasiat madu tersebut dalam usia tua. Konon, Ibnu Sina masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.

Hasil penelitian terakhir yang dikeluarkan dari Universitas Moskow, menyatakan madu ternyata juga mengandung logam alumunium, boron, krom, tembaga, timbal, titanium, seng, asam organik, asetilkolin, hormon, antibiotik, zat antiracun serta zat antikanker. Zat-zat ini sangat penting untuk memperlancar prosesb biokimia tubuh dan proses penyembuhan aneka penyakit.

Sementara kandungan enzim dalam madu dilaporkana paling tinggi jika dibandingkan dengan mahanan lainnya.

Penelitian ini juga menyebutkan madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi sangat baik memang untuk mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.

Dalam Al Quran, madu pun menjadi simbol kenikmatan surga balasan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. "(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?" (QS:MUHAMMAD: 15).

Rabu, 04 November 2020

Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

 


PERISTIWA HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH

Para musyrikin Makkah mulai gusar mendengar berita kaum muslimin Makkah yang sudah banyak meninggalkan Makkah menuju Yasrib. Mereka khawatir ajaran Nabi Muhammad akan semakin meluas dan di sana kekuatan Islam akan bertambah kuat, pada akhirnya akan menyerang kekuatan mereka di Makkah.

Para pemuka Quraisy berkumpul di Darun Nadwah untuk membahas strategi pencekalan Nabi Muhammad Saw agar gagal meninggalkan Makkah. Akhirnya, diputuskan sebuah keputusan bulat untuk mengeksekusi Nabi Muhammad . Agar nantinya pembunuhan tersebut tak mendapatkan tuntutan balas dendam dari Bani Abdi Manaf suku klan Nabi Muhammad SAW, mereka bersepakat yang melakukan eksekusi haruslah dari para pemuda gagah berani dari koalisi berbagai suku bangsa Quraisy.

Nabi SAW memerintahkan Sayyidina Ali bin Thalib menggantikan posisi tempat tidurnya. Nabi meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan Ali bin Thalib. Sayyidina Ali pun diperintahkan untuk memPersiapkan barang-barang amanah penduduk Makkah untuk dikembalikan pada pemiliknya.

Pagi dini hari, sebelum Nabi SAW meninggalkan rumah, para pemuda Quraisy dengan pedang terhunus telah mengepung sekeliling rumah Nabi SAW dan siap membunuhnya jika keluar meninggalkan rumah. Pada saat itulah, turunlah Jibril membawakan wahyu: "Dan Kami adakan dinding di hadapan mereka dan di belakang mereka dinding (pula) dan Kami tutup penglihatan mereka dan sekali-kali mereka tidaklah dapat melihat." [QS Yasin [39]: 9]

Nabi Muhammad SAW membaca wahyu itu sembari meniupkan ke arah luar rumah. Dengan izin Allah, sekelompok pemuda kafir musyrikin itu dibuat kantuk berat dan tertidur pulas menjelang petang. Nabi melangkah meninggalkan rumah beliau dengan tenang.

Setelah terbangun mereka segera memasuki rumah Nabi SAW, namun tidak lagi mendapati Nabi kecuali hanya ada Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang sedang berbaring di kasur menggantikan posisi Nabi. Misi pemuda Quraisy tersebut membunuh Nabi SAW berakhir gagal total.

Sejak siang hari itu, hari Senin, Nabi memulai hijrah meninggalkan Kota Makkah. Langkah pertama beliau menuju ke rumah Abu Bakar bin Shiddiq dengan cara menyamar. Sesampai di sana, Abu Bakar sudah siap menunggu dengan seekor unta dan perbekalan seadanya. Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta menuju Yasrib yang akan ditempuh sekitar 480 Km atau biasa dilakukan dengan kendaraan unta selama 10 hari.

Di dalam rumah Abu Bakar, Nabi SAW mengatur strategi hijrah agar dapat mengelabui kafir Quraisy yang pasti akan melakukan pengejaran hingga ke Yasrib. Nabi memutuskan memutar haluan mengambil jalur berlainan ke arah selatan menuju Yaman. Sedangkan untuk menuju ke Yasrib seharusnya ke arah utara dengan cara bersembunyi dahulu di Gua Tsur beberapa hari.

Abu Bakar pun mengatur membagi tugas-tugas khusus pada putranya Abdullah bin Abi Bakar sebagai intelijen pencari informasi tentang pergerakan kafir Quraisy yang melaporkan setiap malam ke Gua Tsur. Sedangkan putrinya, Asma bin Abi Bakar bertugas sebagai pemasok makanan susu dan daging setiap hari selama persembunyian.Pembantunya Amir bin Fahirah diperintahkan mengembalakan kambing di sekitar gua Tsur untuk menutup bekas jejak unta milik Abu Bakar di atas padang pasir agar rute perjalanan hijrah Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak dapat dilacak oleh kafir Quraisy.

Pemuda kafir Quraisy sempat melakukan penyisiran hingga gua Tsur. Mereka hampir saja menemukan persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar. Hampir saja keduanya tertangkap dan terbunuh. Abu Bakar sedemikian khawatirnya Nabi Saw terbunuh. Maka turunlah surah at-Taubah ayat 40 dimana Allah SWT menenangkan hati kekasih-Nya, "Jan ganlah takut dan sedih sesungguhnya Allah bersama kita!" Wahyu tersebut, Nabi Saw ucapkan untuk menenangkan hati Abu Bakar bin Shidiq.

Allah pun menyelamatkan mereka berdua dengan memerintahkan sepasang burung merpati bersarang di mulut gua serta sarang laba-laba yang mengindikasikan bahwa gua tersebut sudah lama belum pernah dimasuki seorang pun, sehingga kafir Quraisy yang dipimpin Umayah bin Khalaf batal memasuki gua.

Pada hari ke-3, sesuai kesepakatan yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan Abdullah bin Arqayat, dia datang ke Gua Tsur untuk bekerja sama membantu sebagai orang yang dibayar sebagai penunjuk jalan menuju Yasrib dengan mengambil jalan yang tak biasa dilalui orang. Padahal Abdullah bin Arqayat atau disebut juga Abdullah bin Uraiqhit ini seorang musyrikin Makkah yang menawarkan jasanya secara profesional.

Nabi Saw membutuhkan seorang pemandu disebabkan rute perjalanan yang mereka tempuh bukan rute perjalanan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang, melainkan rute alternatif yang tidak banyak diketahui untuk menghindari pengejaran kafir quraisy. Di hari ke-3, Nabi Saw, Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melakukan perjalanan hijrah dengan menggunakan seekor unta dengan rute memutar berbalik arah tujuan menuju Yaman.

Di Kota Makkah, kafir Quraisy yang gagal menemukan jejak Nabi Muhammad Saw, mengadakan sayembara yang diumumkan di pasar Ukaz dan sekeling Ka'bah bahwa siapa saja yang berhasil menangkap Muhammad, baik dalam keadaan hidup atau mati dia akan mendapatkan hadiah 100 ekor unta.

Seorang kafir Quraiys bernama Suraqah bin Malik al-Mudlaji tertarik dengan hadiah sayembara itu. Dia segera memacu kudanya untuk melakukan penyisiran sekaligus pengejaran hijrahnya Nabi SAW. Di tengah gurun pasir yang luas, Suraqah menangkap bayangan tiga orang yang sedang melakukan perjalanan menuju arah ke Madinah.

Dengan pedang terhunus, dia memacu kudanya dengan penuh semangatnya, namun beberapa kali kudanya jatuh terjungkal. Suraqah yang berniat membunuh Nabi SAW terjatuh, hingga ditolong oleh Nabi SAW. Suraqah menyadari kesalahannya, dia meminta diampuni dan menyatakan masuk Islam.

Pada hari ketiga, hari Kamis, tibalah Nabi SAW di Desa Quba, selama beberapa hari di sana, Nabi sempat mendirikan sebuah masjid. Itulah masjid pertama kali yang dibangun dalam sejarah Islam. Sampai hari ini dikenal dengan Masjid Quba.

Pada hari Jum'at, di Quba Nabi Muhammad SAW bertemu kembali dengan Ali bin Thalib yang menyusulnya. Di sini pula lah Nabi menerima keIslaman Salman al-Farisi; seorang pemeluk agama Kristen yang berasal dari Persia. Selama 4 hari hari di Quba, Nabi dan para sahabat melanjutkan perjalanan memasuki Kota Yasrib.

Sebelumnya, Nabi ditemui oleh Zubair bin Awwam yang ketika itu berusia 21 tahun yang membawakan jubah putih agar dikenakan Nabi SAW saat memasuki kota Yasrib. Perjalanan hijrah Nabi berlangsung selama 14 hari, meski biasanya sudah bisa sampai dalam waktu perjalanan 10 hari, disebabkan Nabi bertahan di gua Tsur selama 3 hari. Para penduduk di Madinah selalu menunggu kedatangan Nabi SAW di sebuah tempat bernama Harrah; di sebuah perbukitan batu hitam yang memungkinkan bisa melihat rombongan Nabi dari kejauhan.

Tepat pada hari Senin, 16 Rabiul Awwal atau bertepatan 20 September 622 M, disambut suka cita oleh segenap penduduk Yasrib dengan sambutan tabuhan gendang rebana disertai syair "Thala'al badru 'ala'ina" Nabi Saw memasuki kota Yasrib. Kedatangan Rasulullah Saw di Yasrib diperebutkan oleh penduduk kaum muslimin, mereka berebut menarik tali kekang unta beliau untuk mengajak Rasulullah bertempat tinggal di rumah mereka.

Namun, Rasulullah meminta biarlah untanya sendiri yang menentukan dimana beliau bertempat tinggal. Unta yang ditunggangi oleh Rasulullah, akhirnya berhenti di pekarangan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Di sanalah Rasulullah, memulai bertempat tinggal beberapa bulan, sebelum akhirnya beliau membangun masjid Nabawi dan beberapa kamar untuk beliau tinggali di atas sebuah tanah yang dibeli dari kakak beradik yatim piatu di Yasrib tersebut.

Tak lama kemudian, Rasulullah mengubah nama Yasrib menjadi nama baru "Madinah al-Munawwarah" yang artinya "Kota Baru yang Bersinar". Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menjadikan peristiwa hijrah pada tahun 622 H atau bertepatan 20 September 622 M  inilah yang dijadikan sebagai momentum awal tahun baru Islam 1 hijriyyah dalam penanggalan umat Islam hingga hari ini.

Selasa, 03 November 2020

Penyamaran Ali bin Abi Thalib Ketika Hijrah Ke Madinah

 


Hijrah Umat Islam ke Habasyah dan Thaif

Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mempertahankan Iman dan dakwah Islam sungguh berat. Berbagai cobaan dialami tidak hanya oleh Nabi SAW saja namun juga seluruh umat Islam. Mulai dari hinaan, cemooh, bahkan perlakuan fisik yang mereka derita mengintai sepanjang hari. Penderitaan – penderitaan itu kemudian dirasa sangat berat hingga menyebabkan adanya sejumlah hijrah oleh umat Islam.

Pertama, hijrah ke Habasyah untuk menghindari ancaman dan siksaan dari kafir Quraisy. Upaya hijrah ke Habasyah penulis rasa cukup memberikan kedamaian sementara kepada umat Islam. Meski Raja Najasy memberikan perlindungan kepada umat muslim namun Habasyah bukan merupakan tanah air bangsa Arab, mereka meninggalkan tanah kelahiran yang mahal untuk berangkat menuju negeri Habasyah dan juga karena Habasyah jauh dari dakwah Nabi Muhammad, sementara Nabi tidak ikut hijrah pada fase hijrah ke Habasyah ini.

Kedua, hijrah ke Thaif. Sepeninggal kedua orang yang dicintainya, Rasulullah SAW mencoba untuk berhijrah. Rasulullah SAW berupaya mencari lahan dakwah baru di Thaif. Nabi SAW mencoba meminta bantuan kepada Tsaqif.

Dari perjuangan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam dalam berikhtiar mengurangi ancaman dan siksaan oleh kaum kafir Quraisy, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam untuk hijrah ke Yatsrib (kelak diganti namanya menjadi Madinah oleh Nabi). Bukan tanpa alasan Nabi Muhammad SAW memilih Yatsrib sebagai tempat untuk menghindari ancaman kafir Quraisy. Namun apakah perintah berhijrah itu adalah inisiatif Nabi sendiri ??? Perintah Allah adalah alasan utama mengapa Nabi memerintahkan umat Islam untuk berhijrah ke Madinah. Rasulullah tidak akan berhijrah kecuali atas perintah Allah. Bahkan Allah melalui malaikat Jibril juga sudah menentukan waktu Rasulullah berhijrah ke Yatsrib, yaitu pada waktu tengah malam.

Penyamaran Ali Atas Perintah Rasulullah SAW

Namun ada yang menarik dari hijrahnya Nabi ke Yatsrib pada tengah malam. Pada malam itu Nabi Muhammad berkata kepada Ali bin Abi Thalib, “Tidurlah di pembaringanku. Tutuplah tubuhmu dengan selimut hijauku. Tidurlah dengan mengenakannya. Sesungguhnya tidak akan terjadi sesuatu hal buruk kepadamu dari mereka”

Sementara itu, kaum Quraisy berselisih dan masih berdebat tentang siapa yang akan menyerang pemilik pembaringan dan menangkapnya hingga subuh tiba. Namun, mereka mendapati yang tertidur adalah Ali bin Abi Thalib Mereka pun gencar menanyainya, tetapi Ali menjawab, “Tidak tahu.” Maka, sadarlah mereka bahwa Nabi Muhammad SAW telah lolos. Mereka pun menimpakan kemarahan kepada Ali dan memukulinya, lalu membawanya ke Masjidil Haram serta mengurungnya selama beberapa saat, kemudian meninggalkannya.

Ali menahan semua penderitaan yang dialaminya untuk membela agama Allah SWT. Namun, ketika mengetahui bahwa Rasulullah SAW. selamat, kegembiraan di dalam hatinya jauh lebih besar daripada semua rasa sakit dan derita yang menerpa tubuhnya. Oleh karena itulah, dia tidak menjadi lemah dan putus asa. Dia justru semakin bersikukuh tutup mulut tentang keberadaan Rasulullah SAW. Ali kemudian tinggal di Makkah selama beberapa hari. Dia berkeliling menelusuri setiap jalan untuk menemui para pemilik barang yang pernah menitipkan barangnya kepada Rasulullah SAW. Setelah semua amanat ditunaikan, sehingga terbebaslah tanggungan Rasulullah SAW, Ali pun bersiap pergi menyusul Rasulullah SAW ke Yatsrib, setelah tiga malam dia habiskan di Makkah. Dalam perjalanan hijrahnya, Ali menyembunyikan dirinya pada siang hari. Jika hari mulai gelap dan malam menjelang, dia meneruskan perjalanannya hingga tiba di Yatsrib dengan kaki yang lecet dan berlumuran darah. Hati Nabi Muhammad SAW pun sangat terenyuh melihat keadaan Ali

 

Sultan Baybars Dari Dinasti Mamluk; Penangkis Ancaman Crusader dan Mongol (Part 1)

  Sultan Baybar Nama lengkapnya adalah Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baybars al-Bunduq , adalah pendiri Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke em...