Senin, 30 November 2020

Sultan Baybars Dari Dinasti Mamluk; Penangkis Ancaman Crusader dan Mongol (Part 1)

 
Sultan Baybar

Nama lengkapnya adalah Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baybars al-Bunduq, adalah pendiri Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke empat. Ia termasuk salah satu dari para komandan perang yang menunjukkan kedahsyatannya dalam memimpin pasukan. Masa pemerintahannya menandai dimulainya dominasi Dinasti Mamluk di kawasan Mediterania Timur dan memperkuat daya tahan sistem militer mereka.

Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baibars atau baybar lahir di Crimea Kipcak Turki pada tahun 1260 M. Menurut pengakuannya, ia ditangkap oleh tentara Mongol di Padang Kipcak, kemudian dijual sebagai seorang budak di Syiria. Pembeli Baybar pertama adalah seorang pangeran Turki. Namun karena curiga terhadap penampilan Baybar yang berkulit putih, berbadan tinggi dan meliki mata biru, maka ia dijual lagi kepada seorang perwira Mamluk, lalu dikirim ke Mesur untuk menjadi pengawal Khalidah Dinasti Ayyubiyah kala itu, yakni As Shalih.

Pada tahun 1250 M, Baybar kemudian diangkat menjadi seorang komandan angkatan perangnya Dinasti Mamluk. Pangkat itu ia dapatkan atas prestasinya memimpin pasukan Mamluk mengalahkan tentara salib yang dipimpin oleh Raja Lois IX dari Perancis. Kedudukan ini merupakan jabatan yang berada di bawah Sultan Mamluk yakni Sultan al-Muzhafar Saifuddin Qutuz
Sultan Qutuz


Kedudukan yang ia sandang ini berakhir hingga tahun 1260 M ketika ia berhasil mengalahkan bangsa Mongol di pertempuran Ain Jalut. Pemimpin bangsa Mongol saat itu adalah Kitbuga, Seorang nestor, yang bersama tentaranya berhasil menguasai Palestina hingga Gaza. Peristiwa ini merupakan salah satu bagian yang tak terlupakan dalam sejarah peradaban Islam. Tetapi tak lama dari pertempuran ini, Sultan Qutuz ditemukan tewas pada sebuah ekspedisi. Ada salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa kematian Sultan Qutuz ada sangkut pautnya dengan Baybar bahkan dikabarkab Baybar terlibat dalam aksi pembunuhan sang Sultan. Sebelum Sultan Qutuz meninggal, ia pernah menolak untuk memberikan ijin tentang rencana pengangkatan Baybar sebagai Gubernur Alepo, atas dasar inilah kemudian dikaitkan dengan kematian Qutuz karena adanya permasalahan tersebut.

Maka setelah Qutuz wafat, posisi Khalifah digantikan oleh Baybar. Ia merupakan Khalifah dinasti Mamluk generasi ke empat. Kelak disadari oleh sejarah bahwa ia adalah salah satu pemimpin Mamluk yang paling banyak dikenal. Baybar merupakan penguasa yang melantik beberapa orang sultan dan memberikan perlawanan terakhir terhadap tentara salib. Ia memiliki ambisi mulia seperti apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya di benua Afrika yakni menjadi Shalahuddin al Ayyubi kedua dalam melawan tentrasa crusader. Ada hal yang paling ia risaukan dalam menjadi the next Shalahuddin al Ayyubi, yakni tatkala tentara kota – kota mulai bersekongkol dengan hulagu Khan II sehingga ada dari mereka yang beralih menjadi Kristen.

Sejak 1263 -1271 M, hampir setiap tahun Baybar gencar melakukan perlawanan terhadap pasukan tentara salib. Satu demi satu bangsa Latin menguasai berbagai kota dengan atau tanpa perlawanan sama sekali. Dua pasukan militer menduduki benteng – benteng kaum Frank di Syiria dan membentuk pertahanan, yang salah satunya mendapat serangan dari pasukan bangsa Mongol yang cukup keras. Namun sepanjang periode inim perlawanan yang muncul sangat lemah, bahkan hanya ada satu pertempuran senigt di medan terbuka. Pasukan Mamluk di bawah pimpinan Baybar terus merengsek masuk ke kantong – kantong pertahanan tentara salib di Syiria. Pertempuran ini diawali tatkala Kerajaan Antiokhia mulai menjadi bawahan bangsa Mongol.  

Pada tahun 1263 M, pasukan Baybar mulai menyerang Acre (Acre ini merupakan ibukota dari sisa – sisa kerajaan Jerusalem) namun masih mengalami banyak kendala sehingga Acre belum bisa diambil alih olehnya. Meski demikian, ia berhasil mengalahkan tentara salib dalam pertempuran di tenpat lain, yakni Arsuf, Haifa, Safad, Jaffa, Ashkalon, dan Caesarea. Pada tahun yang sama, Baybar merebut Karak dari Dinasti Ayyubiyah dan menghancurkan Gereja Nazareth (An – Nashirah) yang dianggap sakral oleh umat Kristen.

Jumat, 27 November 2020

Mimpi Menyerupai Fajar Subuh; Tanda - Tanda Awal Nubuwah Baginda Nabi Muhammad SAW

 

Genap usia 40 tahun, umur dimana memasuki masa kematangan para Rasul sebelumnya menerima Wahyu, Baginda Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul. Mulai tampak pada diri beliau tanda - tanda nubuwah yang muncul dari kehidupannya. Diantara tanda-tanda yang muncul itu adalah mimpi yang hakiki. Selama enam bulan beliau menerima mimpi yang sama, yakni beliau bermimpi menyerupai fajar subuh yang menyingsing. Mimpi itulah salah satu diantara empat puluh enam bagian dari tanda tanda nubuwah. Maka ketika berada di penghujung bulan Ramadhan pada tahun ke tiga dari pengasingan di Goa Hira', Allah berkehendak untuk melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi, memuliakan beliau dengan sebuah nubuwah dan menurunkan Jibril (dalam bahasa Ibrani disebut Namus) kepada Muhammad SAW dengan membawa ayat - ayat Al Qur'an.


Syekh shafiyurrahman Al mubarakfuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah menjelaskan, pada hari Senin malam tanggal 21 bulan Ramadan, atau bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 610 M, beliau diangkat oleh Allah SWT menjadi seorang Rasul. Usia beliau saat itu genap 40 tahun lebih 6 bulan 12 hari menurut perhitungan kalender Hijriyah, atau 39 tahun lebih 3 bulan 20 hari menurut perhitungan kalender syamsiah. 


Dari Aisyah radhiyallahu anha menuturkan, "awal permulaan Wahyu yang datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, iyalah berupa mimpi yang hakiki di dalam tidur beliau. Beliau tidak melihat sesuatu di dalam mimpinya melainkan ada sesuatu yang datang menyerupai fajar subuh. Kemudian beliau paling suka mengasingkan diri. beliau menyendiri di Gua Hira dan beribadah di sana pada malam malam hari sebelum pulang ke keluarga dan mengambil bekal. Beliau menemui Khadijah dan mengambil bekal seperti biasanya hingga datang kebenaran tatkala beliau berada di Goa Hira'."


Pada saat inilah Malaikat mendatangi beliau, kemudian turunlah Wahyu Qur'an Surat Al Alaq 1-5. 


اِقْرَأْ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ 

خَلَقَ الْاِ نْسَا نَ مِنْ عَلَقٍ ۚ 

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَ كْرَمُ ۙ 

الَّذِيْ عَلَّمَ بِا لْقَلَمِ ۙ 

عَلَّمَ الْاِ نْسَا نَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ۗ 


Sabtu, 21 November 2020

Sudah Siapkah Sekolah Menyambut Siswa di Puncak Masa Pandemi,???

 


Kabar dari  menteri pendidikan bahwa mulai Januari sudah membolehkan siswa untuk pembelajaran tatap muka di sekolah. Kami para tenaga pendidik menyambutnya dengan suka cita, karena kami akui bahwa pembelajaran melalui daring itu sangat tidak efektif, bahkan materi pelajaran ketercapaiannya menjadi tidak memenuhi target. 


Selain itu, guru juga ada yang belum pernah melihat siswanya secara langsung dan ini menjadi masalah bagi guru untuk menilai siswa di ranah akhlak dan karakter, padahal di kurikulum terbaru para guru justeru dituntut untuk selalu menyertakan pendidikan karakter di setiap materi. 


Kabar menggembirakan ini bisa menjadi angin segar sekaligus masalah baru. Karena yang menjadi persoalan saat ini adalah, seberapa siapkah sekolah untuk menyambut siswa dengan resiko minimum penularan Covid-19,?


 Di negara maju, sebutlah cina, mereka berani mengambil keputusan untuk siswa mulai bisa masuk sekolah karena secara mitigasi sudah siap, mulai dari pembiasaan siswa hingga ketersediaan fasilitas. Sementara di Indonesia, apakah sudah siap mengikuti mereka,? Bagaimana jika justeru akan menimbulkan cluster baru,? Sementara sampai saat ini masker yang memenuhi standar kesehatan saja masih mahal. 


Kebijakan yang baik ini, sebaiknya juga segera ditindaklanjuti oleh para sekolah secara mandiri untuk memulai skenario mitigasi di sekolahnya masing-masing. Kalau kantor, PT, masjid, dan pasar saja sekarang bisa diterapkan dengan protokol pencegahan covid, sekolah juga harus bisa. Kita tidak bisa berdiam diri menunggu kapan covid akan benar² selesai. 


Jumat, 20 November 2020

Irhas Muhammad bin Abdullah Sejak Belia

 


Abu Thalib , paman Nabi melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib lebih mendahulukan kepentingan beliau daripada anak – anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan penghormatan. Hingga berumur lebih dari empat puluh tahun Nabi Muhammad SAW mendapatkan kehormatan di sisi Abu Thalib, hidup di bawah penjagaan Abu Thalib, rela menjalin persahaatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela anak saudaranya.  

Ibnu Asakir mentakhrij dari Julhumah bin Arfatah dia berkata “Tatkala aku tiba di Makkah, orang – orang sedang dilanda musim paceklik. Orang – orang Quraisy berkata, “Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah kita berdoa meminta hujan.” 

maka Abu Thalib keluar bersama seorang anak kecil, yang seolah – olah wajahnya adalah matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan pelan – pelan. Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia memegang anak kecil itu dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah sambil jari jemarinya memegangi anak kecil itu. Langit tadinya bersih dari mendung, tiba – tiba saja mendung itu datang dari segala penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras hingga lembah – lembah tarairi dan ladang – ladang menjadi subur. Abu Thalib mengisyaratkan hal ini dalam syair yang dibacakannya, 

putih berseri meminta hujan dengan wajahnya

penolong anak yatim dan pelindung wanita janda

Kamis, 12 November 2020

Kisah Tragis Meninggalnya Pangeran Ngabehi Joyokusumo Putra Hamengku Buwono II

 


Kisah ini diambil dari sebuah karya fiksi fenomenal Sang Pangeran dan Jenissary Terakhir tulisan Salim A. Fillah. Meski sebuah karya fiksi, tulisan Salim A. Fillah ini mengandung fakta, data dan informasi yang dikemas dengan bahasa yang mendramatisasi suasana, layaknya sebuah novel ataupun sebuah karya fiksa pada umumnya. Namun meski sebuah karya fiksi, fakta dan sumber sejarah yang diambil oleh penulis diakui sangatlah cukup hebat. Membacanya akan menambah khasanah bahasa, karena Salim A. Fillah menggunakan beberapa istilah dalam bahasa asing seperti Belanda, Arab, Mesir, Perancis, maupun bahasa daerah seperti bahasa Jawa dan Sunda.

Bab empat dari buku ini mengkisahkan tentang tragedi syahidnya antara bapak dan kedua putranya. Mereka adalah Pangeran Ngabehi Joyokusumo, Raden Mas Adi Kusumo dan adiknya Raden Mas Joyokusumo. Pangeran Ngabehi yang tidak lain adalah putra Sultan Hamengku Buwono II dari garwo selir, diketahui sebelum syaihid mereka bertiga ini adalah penasehat ketentaraan yang amat cemerlang sekaligus penanggung jawab penyedia amunisi pasukan mujahidin Pangeran Diponegoro. Ia memilih untuk ikut bergerilnya, bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro hingga pada akhirnya ia menjadi salah satu sasaran utama tentara Belanda.

Salim A. Fillah menggambarkan tentang tragisnya akhir hayat mereka bertiga. Dikemas dengan bahasa yang dramatis, seolah imaji masuk pada suasana sesungguhnya dengan ilustrasi kondisi Jawa tempo dulu. Dimulai dari kisah ditemukannya jasad Pangeran Ngabehi dan dua putranya di sebuah jurang kecil yang menjadi tepian tanah lapang dari sebuah pertempuran sengit antara pasukan Pangeran Ngabehi dengan pasukan Belanda. Peristiwa itu terjadi pada 21 September 1829 di Pegunungan Kelir, tatkala 20 an pasukan pengawal Raden Ngabehi berhasil ditangkap oleh pasukan gabungan Hulptroepen Belanda kemudian senjata mereka dilucuti. Ketika ada satu dua orang dari pengawal yang mecoba untuk melawan, peluru pasukan Belanda langsung menyasar di kepalanya.

Awal tragis kematian putra Raja Mataram itu dimulai ketika seorang komandan Hulptroepen bernama Kapitan Joost meminta kepada Pangeran Ngabehi beserta dengan kedua putranya untuk berlutut dan menyerahkan senjata – senjata mereka. 

Namun Pangeran Ngabehi justeru berkata “Kami ini adalah para Kanjeng Gusti” . Joost pun kemudian menembak ke arah pohon dengan berteriak “Tidak ada kanjeng Gusti di kalangan pemberontak! Kalian tidak punya hak!” seru Kapitan Joost. Tidak sampai di situ, Raden Mas Joyokusumo pun menimpali Kapitan Joost “Kalianlah para kafir murtad penjilat yang tidak punya hak untuk membatalkan apa yang sejak lahir telah melekat”

Ternyata ucapan putra Raden Ngabehi itu membuat Kapitan Joost murka. Raden Mas Joyokusumo pun dibantingnya hingga terjatuh. Belum puas, Kapitan Joost menendang wajah putra Raden Ngabehi itu hingga mata Joyokusumo serasa pecah, bibirnya seperti terbelah dan hidungnya remuk berdarah.

Tak kuasa melihat adiknya menjadi sasaran amuk oleh Kapitan Joost, Raden  Mas Adikusumo mencoba untuk mencabut kerisnya dan menyerang ke arah Joost. Tapi malang nasib Raden Mas Adikusumo,  peluru tajam milik Joost lebih dahulu bersarang di lehernya hingga membuatnya meregang nyawa. Melihat kedua putranya hendak menemui syahid, Pangeran Ngabehi berteriak “Ya Allah .... Ya Allah... Gusti Allah”

Teriakan Pangeran Ngabehi disambut dengan sepakan Joost hingga mengenai tubuhnya dan membuatnya dari berlutut menjadi posisi bersujud, namun wajah Pangeran Ngabehi masih tetap mendangak. Lebih memilukan lagi tatkala Salim A. Fillah menceritakan tatkala Joyokusumo berusaha bangun menuju kakaknya yang sudah tak berdaya ditembus peluru, segerombolan serdadu Belanda bergegas untuk saling berebut menghampiri Joyokusumo dengan bayonet karatnya hingga melukai sedikitnya tujuh luka tusuk mengenai dada, perut dan pinggang Joyokusumo. Kekuatan Joyokusumo ternyata masih cukup untuk membuatnya berdiri hingga darah dari luka sayatan bayonet tentara Belanda mengalir cukup deras. 

Dalam berdirinya ia lalu terbatuk menyemburkan cairan darah kental merah sambil terbata mengucapkan “Laa.. ilaa.. ha illallaah... Muham.. madur... Rasuu.. lullah...”  sambil menuju ke jasad sang kakak, Raden Adikusumo.

Pangeran Ngabehi yang dengan jelas melihat kedua putranya menjadi bulan bulanan tentara musuh, hingga akhirnya giliran ia sendiri  menjadi sasaran kapten Prager “Dhuarrr.....” sebuah pistol ditembakkan tepat di belakang pungguh Pangeran Ngabehi dan langsung menembus jantungnya. Kanjeng Pangeran Ngabehi yang merupakan Putra Sultan Hamengku Buwana II pun mengakhiri hidupnya dengan menelungkup sujud.

Dalam sebuah kisah sejarah diceritakan bahwa ketiganya dipenggal oleh tentara Hulptroepen. Berita tentang mustaka ketiganya ada yang bilang dibawa oleh pasukan Belanda dengan dipancang di atas bambu runcing dibawa ke Markas Magelang kemudian diserahkan ke Kraton. Oleh Kraton kemudian dikuburkan di Banyusumurup. Namun ada yang mengatakan bahwa mustaka mereka bertiga dikubur oleh penduduk desa yang menemukannya.

 

 

Senin, 09 November 2020

Manfaat Kurma dan Kisahnya dalam Al Quran

 
kurma muda

Kurma dalam Al Quran dan Sunnah

buah-kurmaBuah kurma adalah makanan yang sangat baik dan diandalkan sejak Zaman para Nabi, di dalam Al-Qur’an, kurma disebut sebanyak 24 kali, antara lain dalam surat Maryam ayat 25-26 yaitu ketika Maryam akan melahirkan putranya Nabiyullah ‘Isa ‘Alaihi Salam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk menggoyangkan pohon kurma yang menjadi sandaranya kemudian beliau di perintahkan untuk memakan buah kurma yang jatuh di dekatnya, maka sejak saat itu buah kurma menjadi makanan yang terbaik dan obat yang sangat mujarab bagi ibu hamil dan pasca melahirkan dari zaman ke zaman sampai hari akhir.

Ibnu Umar meriwayatkan hadits dari Rosulullah SAW : “Ada jenis pohon yang berkahnya seperti berkah seorang muslim, yaitu pohon kurma :

DR Jabar An-Nuaimi dan DR. Al-A’mir Abbas Ja’far “Kurma mengandung sejenis unsur pengikat rahim yang dapat membantu mencegah pendarahan seusai melahirkan”.

Al-Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimallah. “Kurma berkhasiat memperkuat leher, memperlancar buang air, menambah libido sex, dan mengobati tenggorokan kering”.

Syeikh Robi’ Al-Qutsaim. “Para wanita yang bersalin tidak memiliki sesuatu yang lebih baik bagi mereka selain kurma masak”.

Amru bin Maimun. “Bila seorang wanita kesulitan melahirkan, tidak ada yang lebih baik dari pada kurma masak, baik yang basah maupun yang kering”.

PERANAN KURMA DALAM WANITA HAMIL, MELAHIRKAN, NIFAS DAN MENYUSUI

Dalam kurma terdapat hormon yang mirip dengan hormon oksitosin (hormon yang yang dihasilkan neurohipofisa, bekerja untuk merangsang kontrakasi otot polos dinding rahim selama coitus dan melahirkan) yang membantu proses kelahiran. Caranya hormone oksitosin tersebut menyatu dengan reseptornya memulai kontraksi otot yang teratur, secara bertahap, sehingga menyebabkan perluasan leher rahim, dari situ akan terjadi proses kelahiran.

Setelah persalinan, hormon oksitosin juga bermanfaat untuk mengeringkan rahim dan meningkatkan kontraksi otot-ototnya yang terajut satu sama lain seperti jaring. Serat otot-otot yang terjaring tersebut berkontraksi sedemikiian rupa sehingga menyempitkan celah-celah rajutan tersebut yang diantara matanya terdapat kantong darah lembut dan mengalirkan darah, hal tersebut menyebabkan terhentinya pendarahan secara bertahap. Serat-serat pembuluh darah vena yang berada di sekitar saluran susu di payudara juga mengalami kontraksi, sehingga menjadikan derasnya air susu ketika saluran-saluran ini beserta air susu yang di kandungnya mengalami kontraksi. Dari situ terjadilah proses penyusuan anak yang sempurna.

Mengapa dianjurkan berbuka dengan kurma?

Rasulullah SAW biasa berbuka puasa dengan beberapa butir kurma sebelum shalat (HR. Anas). Ketika orang berbuka berpuasa, sistem pencernaan mulai bekerja, perut ingin diperlakukan dengan halus dan lembut. Dalam kondisi seperti itu diperlukan sumber gula tunggal dan ganda (glukosa dan sukrosa), yaitu gula yang diserap oleh tubuh dengan mudah hanya dalam beberapa menit saja. Mengapa bayi ditahnik (diloloh) dengan kurma ?

– Abu Musa Ra berkata : “Seorang bayi lahir. Akupun membawanya kepada Nabi SAW. Beliau menamainya Ibrahim dan melolohnya dengan sebutir kurma, memohon berkah baginya, lalu menyerahkanya padaku”.

Pada buah kurma terdapat unsur-unsur vital yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan menguatkan daya tahan tubuh yang telah diberikan Allah. Buah kurma biidznillah berperan sebagai vaksin yang akan melindungi sepanjang hidupnya.

– Air liur kedua orang tua akan mengikat hati bayi dengan cinta mereka dan mengalirkan baginya fitroh islam yang suci, sehingga bayi Insya Allah akan tumbuh dengan baik dan bersih. Bayi akan selalu merasakan manisnya Iman sebagaimana manisnya kurmayang bercampur dengan air liur orang tuanya.

Jumat, 06 November 2020

Kemukjizatan Lebah dan Madu dalam Al Qur'an

 

ilustrasi madu dan lebah

Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT pasti tak ada yang sia-sia. Diantara ciptaan Sang Khalik yang istimewa adalah lebah. Serangga yang satu ini menempati posisi penting dibanding serangga lainnya. Tak heran jika lebah dijadikan salah satu nama surat dalam Al Qur'an.

Surat ke-16 dalam Al Qur'an adalah An Nahl yang berarti lebah. Secara khusus, surat Makkiyah tersebut dinamakan An Nahl atau lebah, karena pada ayat ke-68 terdafat firman Allah SWT yang berbunyi, "Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon pohon kayu, dan di tempat tempat yang dibikin manusia."

Lebah memang spesial. la merupakan makhluk Allah SWT yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Dalam penjelasan surat An Nahl yang tercantum dalam Al qur'an dan Terjemahannya disebutkan bahwa ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Alquranul Karim.

Apa persamaannya? Simak ayat berikut: "... Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang orang yang memikirkan." (QS An Nahl:69).

Madu berasal dari sari bunga dan menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedangkan Al Qur'an mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kemukjizatan madu sebagaimana disampaikan Al Qur'an telah terbukti secara ilmiah. Dalam Tafsir Alquran, Sayyid Quthb mengungkapkan, madu sebagai obat penyembuh penyakit sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para pakar kedokteran. Inilah salah satu bukti kebenaran ayat Al Qur'an yang harus diyakni umat manusia.

Sedangkan dalam Tafsir Al Qur'an Ibnu Katsir diterangkan bahwa madu lebah itu warnanya bermacam-macam sesuai dengan makanannya. Ada yang berwarna putih, kuning, maupun merah. Selain itu, menurut Ibnu Katsir, madu cocok bagi setiap orang, misalnya untuk mengobati dingin, karena madu itu panas.

Di dunia Islam, penggunaan madu sebagi obat sudah diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, madu digunakan untuk mengobati penyakit diare. Lem lebah yang berasal dari madu juga sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Kajian khasiat madu secara ilmiah juga telah diteliti oleh ilmuwan Muslim terkemuka di era keemasan Islam, yakni Ibnu Sina (890-1037). Bapak kedokteran dunia dan pemikir Muslim agung di abad ke-10 M itu tercatata sebagai dokter yang mengulas mengenai khasiat madu dari segi kesehatan dan dunia kedokteran. 

Selama hidupnya Ibnu Sina banyak mengkonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang. Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.

Ibnu Sina juga telah meneliti khasiat madu untuk perawatan kecantikan tubuh. Menurut Ibnu Sina, madu dan minyak zaitun mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki beragam khasiat.

Lebah sedang membawa nektar

Madu dan minyak zaitun, papar Ibnu Sina, bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Al Qu'ran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit. Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi reutan pada wajah.

Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa minyak zaitun dan madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk bearagam kegunaan lainnya. Mulai dari makanan, obat obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.

Sejatinya, manfaat madu telah dirasakan peradaban manusia sejak dahulu kala. Orang Mesir Kuno telah mengonsumsinya. Penduduk Mesir Kuno sudah terbiasa memanfaatkan madu sebagai makanan bergizi tinggi serta obat berbagai macam penyakit yang mujarab. Meski begitu, peradaban kuno belum mampu menjelaskannya secara ilmiah.

Adalah Ibnu Sina seorang dokter legendaris sepanjang masa yang telah berhasil membuktikan kebenaran khasiat madu tersebut dalam usia tua. Konon, Ibnu Sina masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.

Hasil penelitian terakhir yang dikeluarkan dari Universitas Moskow, menyatakan madu ternyata juga mengandung logam alumunium, boron, krom, tembaga, timbal, titanium, seng, asam organik, asetilkolin, hormon, antibiotik, zat antiracun serta zat antikanker. Zat-zat ini sangat penting untuk memperlancar prosesb biokimia tubuh dan proses penyembuhan aneka penyakit.

Sementara kandungan enzim dalam madu dilaporkana paling tinggi jika dibandingkan dengan mahanan lainnya.

Penelitian ini juga menyebutkan madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi sangat baik memang untuk mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.

Dalam Al Quran, madu pun menjadi simbol kenikmatan surga balasan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. "(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?" (QS:MUHAMMAD: 15).

Sultan Baybars Dari Dinasti Mamluk; Penangkis Ancaman Crusader dan Mongol (Part 1)

  Sultan Baybar Nama lengkapnya adalah Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baybars al-Bunduq , adalah pendiri Dinasti Mamluk di Mesir generasi ke em...