Sultan Baybar |
Nama lengkapnya adalah Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baybars
al-Bunduq, adalah pendiri Dinasti Mamluk di Mesir
generasi ke empat. Ia termasuk salah satu dari para komandan perang yang
menunjukkan kedahsyatannya dalam memimpin pasukan. Masa pemerintahannya
menandai dimulainya dominasi Dinasti Mamluk di kawasan Mediterania Timur dan
memperkuat daya tahan sistem militer mereka.
Al-Malik az-Zahir Ruknuddin Baibars atau
baybar lahir di Crimea Kipcak Turki pada tahun 1260 M. Menurut pengakuannya, ia
ditangkap oleh tentara Mongol di Padang Kipcak, kemudian dijual sebagai seorang
budak di Syiria. Pembeli Baybar pertama adalah seorang pangeran Turki. Namun
karena curiga terhadap penampilan Baybar yang berkulit putih, berbadan tinggi
dan meliki mata biru, maka ia dijual lagi kepada seorang perwira Mamluk, lalu
dikirim ke Mesur untuk menjadi pengawal Khalidah Dinasti Ayyubiyah kala itu,
yakni As Shalih.
Sultan Qutuz |
Kedudukan yang ia sandang ini berakhir
hingga tahun 1260 M ketika ia berhasil mengalahkan bangsa Mongol di pertempuran
Ain Jalut. Pemimpin bangsa Mongol saat itu adalah Kitbuga, Seorang nestor, yang
bersama tentaranya berhasil menguasai Palestina hingga Gaza. Peristiwa ini
merupakan salah satu bagian yang tak terlupakan dalam sejarah peradaban Islam.
Tetapi tak lama dari pertempuran ini, Sultan Qutuz ditemukan tewas pada sebuah ekspedisi.
Ada salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa kematian Sultan Qutuz ada sangkut
pautnya dengan Baybar bahkan dikabarkab Baybar terlibat dalam aksi pembunuhan
sang Sultan. Sebelum Sultan Qutuz meninggal, ia pernah menolak untuk memberikan
ijin tentang rencana pengangkatan Baybar sebagai Gubernur Alepo, atas dasar
inilah kemudian dikaitkan dengan kematian Qutuz karena adanya permasalahan
tersebut.
Maka setelah Qutuz wafat, posisi
Khalifah digantikan oleh Baybar. Ia merupakan Khalifah dinasti Mamluk generasi
ke empat. Kelak disadari oleh sejarah bahwa ia adalah salah satu pemimpin
Mamluk yang paling banyak dikenal. Baybar merupakan penguasa yang melantik
beberapa orang sultan dan memberikan perlawanan terakhir terhadap tentara
salib. Ia memiliki ambisi mulia seperti apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya
di benua Afrika yakni menjadi Shalahuddin al Ayyubi kedua dalam melawan
tentrasa crusader. Ada hal yang paling ia risaukan dalam menjadi the
next Shalahuddin al Ayyubi, yakni tatkala tentara kota – kota mulai
bersekongkol dengan hulagu Khan II sehingga ada dari mereka yang beralih
menjadi Kristen.
Sejak 1263 -1271 M, hampir setiap tahun
Baybar gencar melakukan perlawanan terhadap pasukan tentara salib. Satu demi
satu bangsa Latin menguasai berbagai kota dengan atau tanpa perlawanan sama
sekali. Dua pasukan militer menduduki benteng – benteng kaum Frank di Syiria
dan membentuk pertahanan, yang salah satunya mendapat serangan dari pasukan
bangsa Mongol yang cukup keras. Namun sepanjang periode inim perlawanan yang
muncul sangat lemah, bahkan hanya ada satu pertempuran senigt di medan terbuka.
Pasukan Mamluk di bawah pimpinan Baybar terus merengsek masuk ke kantong –
kantong pertahanan tentara salib di Syiria. Pertempuran ini diawali tatkala
Kerajaan Antiokhia mulai menjadi bawahan bangsa Mongol.
Pada tahun 1263 M, pasukan Baybar mulai
menyerang Acre (Acre ini merupakan ibukota dari sisa – sisa kerajaan Jerusalem)
namun masih mengalami banyak kendala sehingga Acre belum bisa diambil alih
olehnya. Meski demikian, ia berhasil mengalahkan tentara salib dalam pertempuran
di tenpat lain, yakni Arsuf, Haifa, Safad, Jaffa, Ashkalon, dan Caesarea. Pada tahun
yang sama, Baybar merebut Karak dari Dinasti Ayyubiyah dan menghancurkan Gereja
Nazareth (An – Nashirah) yang dianggap sakral oleh umat Kristen.